BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring
berkembangnya ilmu pengetahuan dan penelitian maka pola hubunganantarvariabel
juga mengalami kompleksitas. Keterkaitan hubungan antarvariabel bersifat
ilmiah, ada yang bersifat pola hubungan antara variabel saja dan ada yang
bersifat pola pengaruh langsung maupun tidak langsung. Dalam penelitian
seringkali menghadapi variabelyang tidak bisa diukur secara langsung dan
memerlukan beberapa indikator untuk pengukurannya. Variabel yang tidak bisa
diukur secara langsung ini disebut konstrak laten /variabel laten/variabel unobserved,
sedangkan indikator sebagai variabel terukur disebutvariabel manifest /
variabelobserved.
Dalam
format kuesioner, indikator atau variabel manifest merupakan
item-item pertanyaan dari setiap variabel laten atau dari setiap variabel yang
dihipotesiskan. Indikatorindikatortersebut harus dapat mencerminkan variabel
laten yang didefinisikan, dapat dipertanggungjawabkan secara teori, mempunyai
nilai logis yang dapat diterima, serta memiliki tingkat validitas dan reliabilitas
yang baik. Suatu metode atau teknik statistic diperlukan untuk mengukur atau
menganalisis pola hubungan dan pola pengaruh antarvariabel secara simultan,
serta untuk mengetahui indikator-indikator yang mengukur variabel adalah sahih
dan reliable.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
· Apa
yang dimaksud dengan Pemodelan Persamaan Struktural (SEM)?
· Apa
Persamaan dan Perbedaan antara SEM dan Analisis Jalur?
· Bagaimana
model pengukuran dalam Pemodelan Persamaan Struktural (SEM)?
· Bagaimana
cara menentukan analisis jalur?
· Bagaimana
analisis model persamaan structural?
· Bagaimana
langkah-langkah dalam Pemodelan Persamaan Struktural (SEM)?
· Bagaimana
cara membaca model pengukuran dan model structural?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
· Untuk
mengetahui Pemodelan Persamaan Struktural (SEM).
· Untuk
mengetahui Persamaan dan Perbedaan antara SEM dan Analisis Jalur.
· Untuk
memahami model pengukuran dalam Pemodelan Persamaan Struktural
(SEM).
· Untuk
mengetahui cara menentukan analisis jalur.
· Untuk
mengetahui analisis model persamaan structural.
· Untuk
mengetahui langkah-langkah dalam Pemodelan Persamaan Struktural (SEM).
Untuk mengetahui dan memahami cara membaca model pengukuran dan model
structural.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pemodelan Persamaan Struktural
(SEM)
Structural
Equation Modellingatau yang lebih dikenal dengan
singkatannya yaitu SEM. Metode SEM disebut juga metode Pemodelan Persamaan
Struktural (PPS). Metode atau teknik PPS adalah suatu teknik statistic yang
mampu menganalisis pola hubungan antara konstrak laten dan indikatornya, konstrak
laten yang satu dengan lainnya, serta kesalahan pengukuran secara langsung. PPS
dikelompokkan sebagai keluarga statistik multivariat dependen,
artinya ada variabel dalam PPS yang berperan sebagai variabel dependen dan ada
variabel yang berperan sebagai variabel independen. Istilah variabel dependen
dalam PPS disebut variabel endogen dan istilah variabel independen dalam PPS
disebut variabel eksogen. PPS memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan
antara variabel laten sekaligus dapat menguji teori. Selain itu, secara
simultan, PPS juga dapat menguji indikator-indikatornya sehingga dapat menilai
kualitas pengukuran. Dengan kata lain, PPS dapat digunakan untuk mengujimodel pengukuran yaitu
pengukuran variable laten melalui indikator-indikatornya, dan model struktural yaitu
pola hubungan antarvariabel yang ditampilkan dalam model. Teknik PPS memiliki
dua tujuan utama dalam analisnya, yaitu menentukan apakah model riset yang
digunakan “fit” (sesuai) berdasarkan data yang dimiliki, tujuan kedua
adalah menguji berbagai hipotesis (pola hubungan) yang telah
dibangun sebelumnya.
Adapun symbol-simbol yang digunakan dalam SEM:
ξ (ksi) = untuk variable laten X (eksogen)
η (eta) = untuk variable laten Y (endogen)
λ (lambda) =untuk muatan faktor (faktor loading)
β (beta) = koefisien pengaruh variable endogen terhadap variable
endogen.
γ (gamma) = koefisien pengaruh variable eksogen terhadap variable
endogen.
φ (phi) = koefisien hubungan antar variable laten X eksogen.
ζ (zeta) = peluang galat model
ε (epsilon) = kesalahan pengukuran pada variable manifest untuk
variable laten Y
δ (delta) = kesalahan pengukuran pada variable manifest untuk variable
laten X
λx (lambda besar) = matriks untuk muatan faktor variable laten X
λy (lambda besar) = matriks untuk muatan faktor variable laten Y
2.2 Persamaan dan Perbedaan antara SEM dan
Analisis Jalur
Analisis
SEM pada dasarnya untuk memperoleh suatu model structural. Model yang diperoreh
dapat digunakan untuk prediksi atau pembuktian model. Disamping itu, SEM juga
dapat digunakan untuk melihat besar kecilnya pengaruh, baik langsung, tak
langsung maupun pengaruh total variable bebas (variable eksogen) terhadap
variable terikat (endogen).
Antara
SEM dan analisis jalur terdapat persamaan dan perbedaan. Beberapa persamaan dan
perbedaan tersebut dapat dilihat pada deskripsi berikut.
1. Persamaan
SEM dan Analisis Jalur
· Keduanya
berkaitan dengan analisis konstruksi model.
· Koefisien
parameter model didasarkan atas analisis data sampel.
· Pengujian
kecocokan model dilakukan dengan cara membandingkan matriks varian-kovarian
hasil dugaan dengan matriks data empiric (observasi)
2. Perbedaan
SEM dan Analisis Jalur
· Pada
SEM dapat dilakukan dua analisis sekaligus yaitu: analisis pengujian hubungan
kausal antar variable laten (model structural) dan analisis pengujian validitas
dan reliabilitas yang didasarkan atas variable manifest (model pengukuran).
· SEM
dapat diterapkan untuk model rekursif ataupun resiprokal, sedangkan analisis
jalur hanya dapat diterapkan pada model kausal satu arah dan rekursif.
· SEM
tidak terganggu dengan adanya korelasi antar kesalahan (error), sedangkan pada
analisis jalur, antara error harus bebas (tidak saling tergantung).
· Hasil
SEM mencangkup faktor diterminan, model structural, dan model penggukuran.
Analisis jalur hanya mencakup faktor diterminan.
2.3 model pengukuran
Salah
satu kegiatan dalam SEM adalah analisis pengujian validitas konstruk dan
reliabilitas indicator. Kegiatan ini dapat dilakukan pada analisis model
pengukuran. Pendekatan yang digunakan dalam analisis model pengukuran ini
adalah analisis model faktor konfirmatori.
Untuk melihat besar kecilnya koefisien validitas dapat dilihat besar
kecilnya harga muatan faktor (
). Semakin besar harga
maka dikatakan indicator semakin valid.
Ukuran untuk mengetahui berapa besarnya nilai
dikatakan valid dapat menggunakan
pengujian nilai t (t-value). Untuk keperluan pengujian nilai t ini, dapat
menggunakan software LISREL yang memang menyediakan fasilitas untuk pengujian
tersebut. Namun demikian, penentuan valid atau tidaknya indicator dapat juga
menggunakan besarnya koefisien kolerasi antara skor indicator/ konstruk dengan
skor totalnya. Skor ini menggambarkan besarnya muatan faktor. Menurut Carmines
dan Zeller (1979:55) konstruk yang baik adalah bila memiliki muatan faktor
minimal 0,30. Dengan demikian, bila nilai λ ≥ 0,30 maka dikatakan
indicator valid.



Untuk
melihat besarnya koefisien realibilitas indicator dapat melihat nilai (1- δ)
untuk variable eksogen dan nilai (1-ε) untuk variable endogen. Semakin besar
nilai (1- δ) atau (1-ε) maka semakin reliabelindikator tersebut.
Analisis pengujian reabilitas ini dapat juga dilakukan dengan pengujian nilai t
(t-value) sepeti halnya pengujian validitas. Nilai t untuk masing-masing
parameter (λ dan 1- δ atau 1-ε) merupakan hasil
transformasi dari para meter tersebut.hubungan antar variable dikatakan
signifikan apabila tampilan dalam output program LISREL menunjukan garis warna
hitam dan tidak signifikan apabila hubungan antar variable menunjukan warna
merah.
2.4 Analisis Jalur
Secara matematika persamaan
model structural hubungan antar variable dapat ditampilkan seperti pada tabel
ini.
Tabel: Model Persamaan Struktural Hubungan Antar Variabel)
Eksogen
|
Endogen
|
kesalahan
|
|||||||
eksogen
|
ξ1
|
ξ2
|
η1
|
η2
|
η3
|
η4
|
|||
η1
|
γ11ξ1
|
γ12ξ2
|
+
|
+
|
ζ1
|
||||
η2
|
γ21ξ1
|
+
|
+
|
ζ2
|
|||||
η3
|
γ31ξ1
|
γ32ξ2
|
+
|
+
|
ζ3
|
||||
η4
|
γ41ξ1
|
Γ42ξ2
|
+
|
β41η1 β42η2 β43η3
|
+
|
ζ4
|
2.5 analisis model persamaan structural
Contoh
Model Persamaan Struktural dapat dilihat kembali Gambar 10.3 di muka. Contoh
tersebut menggambarkan gabungan antar variable. Untuk lebih memahami analisis
SEM yang dicontohkan dalam gambar 10.3 tersebut perlu diperhatikan
keterangan-keterangan berikut.
ξ1 = Variable
Laten Kualitas Orang Tua
X1 = Variable
Manifes Pendidikan
X2 = Variable
Manifes Penghasilan
X3 = Variable
Manifes Pekerjaan
X4 = Variable
Manifes Harta
ξ 2 = Variable
Laten Kualitas Sekolah
X5 = Variable
Manifes Layanan Guru
X6 = Variable
Manifes Partisipasi Siswa
X7 = Variable
Manifes Iklim Belajar
ϒ1 = VariableLaten
Kemampuan Umum
Y1 = Variable
Manifes Kemampuan Verbal
Y2 = Variable
Manifes Kemampuan Kuantitatif
Y3 = Variable
Manifes Kemampuan Spatial
ϒ2 = Variable
Laten Melek Teknologi
Y4 = Variable
Manifes Pemahaman
Y5 = Variable
Manifes Aplikasi
Y6 = Variable
Manifes Adaptasi
ϒ3 = Variable
Laten Pemahakan Diri
Y7 = Variable
Manifes Potensi Diri
Y7 = Variable
Manifes Potensi Diri
Y9 = Variable
Manifes Filsafat Hidup
ϒ4 = Variable
Laten Orientasi Pilihan Bidang Keahlian
Y10 = Variable
Manifes Manual
Y11 = Variable
Manifes Penalaran
Y12 = Variable
Manifes Studi Lanjut
Secara Matematika model struktural pada Gambar di Muka dapat di tampilkan
seperti pada Tabel dibawah ini.
TABEL:
MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ORIENTASI BIDANG
KEAHLIAN
Variabel
|
Eksogen
|
Kesalahan
|
||
Eksogen
|
ξ1
|
ξ2
|
+
|
|
X1
|
λ 11 ξ1
|
+
|
δ 1
|
|
X2
|
λ 21 ξ1
|
+
|
δ 2
|
|
X3
|
λ 31 ξ1
|
+
|
δ 3
|
|
X4
|
λ 41 ξ1
|
+
|
δ 4
|
|
X5
|
λ 52 ξ2
|
+
|
δ 5
|
|
X6
|
λ 62 ξ2
|
+
|
δ 6
|
|
X7
|
λ 72 ξ2
|
+
|
δ 7
|
Variable
|
Endogen
|
Kesalahan
|
||||
Endogen
|
η1
|
η 2
|
η3
|
η4
|
||
Y1
|
λ 11 η1
|
+
|
ξ1
|
|||
Y2
|
λ 21 η1
|
+
|
ξ 2
|
|||
Y3
|
λ 31 η1
|
+
|
ξ 3
|
|||
Y4
|
λ 42 η 2
|
+
|
ξ 4
|
|||
Y5
|
λ 52 η 2
|
+
|
ξ 5
|
|||
Y6
|
λ 62 η 2
|
+
|
ξ 6
|
|||
Y7
|
λ 73 η3
|
+
|
ξ 7
|
|||
Y8
|
λ 83 η3
|
+
|
ξ 8
|
|||
Y9
|
λ 93 η3
|
+
|
ξ 9
|
|||
Y10
|
λ 104 η4
|
+
|
ξ 10
|
|||
Y11
|
λ 114 η4
|
+
|
ξ 11
|
|||
Y12
|
λ 124 η4
|
+
|
ξ 12
|
2.6 Langkah-Langkah
dalam Pemodelan Persamaan Struktural (SEM).
Hair,
dkk. (1998:592-639) mendeskripsikan langkah-langkah dalam SEM seperti berikut
ini : (1) pengembangan model berbasis teori, (2) mengkonstruksi diagram jalur
untuk hubungan kausal, (3) mengkonversi diagram jalur ke dalam model struktural
dan model pengukuran, (4) memilih matriks input dan estimasi model, (5) menilai
identifikasi model struktural, (6) evaluasi kecocokan model berdasarkan
kriteria goodness-of-fit dan (7) interpretasi dan modifikasi model.
Langkah 1. Pengembangan Model Berbasis Teori
Ada
dua prinsip berdasarkan SEM, yaitu 1) untuk menganalisis hubungan kausal antara
variabel eksogen dan endogen, dan 2) untuk menguji validitas dan reabilitas
indikator variabel laten. Kegiatan dalam langkah pertama ini adalah
mengembangkan model hipotetik, artinya mengembangkan suatu model ini diuji
berdasarkan atas data empirik melalui SEM.
Berdasarkan
uraian diatas maka di dalam mengembangkan pemodelan, peneliti harus memiliki
wawasan dan landasan teori yang luas yang berkaitan dengan permasalahan yang
diteliti. Hasil kajian atau eksplorasi terhadap teori-teori yang relevan akan
membentuk model hipotetik untuk kemudian diverifikasi berdasarkan data empirik
dengan menggunakan SEM.
Disamping
untuk verifikasi model hipotetik, SEM juga dapat digunakan untuk membentuk
konsep baru. Hal ini bisa dilakukan bila landasan teori atau konsep baru. Hal
ini bisa dilakukan bila landasan teori atau konsep untuk membentuk model tidak
tersedia. Dengan justifikasi empiris SEM maka model dapat menjadi konsep baru .
untuk itu, diperlukan kajian sejumlah penelitian seehingga konsep yang
dikembangkan menjadi kokoh dan universal.
Langkah 2. Mengkonstruksi Diagram Jalur untuk Hubungan Kausal
Diagram
jalur sangat berguna untuk melihat hubungan kausal antara variabel eksogen dan
variabel endogen. Hubungan kausal antara variabel ini divisualisasikan dalam
bentuk gambar sehingga mudah dan jelas untuk dipahami serta lebih menarik. Jika
model yang dibuat belum cocok (fit) maka dapat dibuat beberapa model untuk
diperoleh model yang cocok dengan menggunakan analisis SEM. Contoh diagram
jalur seperti tampak pada Gambar 10.2 di muka.
Langkah 3. Mengkonversi Diagram Jalur Ke dalam Model Struktural Dan Model
Pengukuran
Contoh
konversi diagram jalur dan model pengukuran kedalam model matematika
ditunjukkan pada Tabel A dan B.
TABEL A:
MODEL MATEMATIKA PADA DIAGRAM JALUR
VARIABEL EKSOGEN
Variabel
|
Eksogen
|
Kesalahan
|
||
Eksogen
|
Ξ1
|
Ξ 2
|
||
X1
|
λ 111Ξ1
|
+
|
Δ1
|
|
X2
|
λ 21Ξ1
|
+
|
Δ2
|
|
X3
|
λ 31Ξ1
|
+
|
Δ3
|
|
X4
|
λ 41Ξ1
|
+
|
Δ4
|
|
X5
|
λ 52Ξ2
|
+
|
Δ5
|
|
X6
|
λ 62Ξ2
|
+
|
Δ6
|
|
X7
|
λ 72Ξ2
|
+
|
Δ7
|
Tabel B
MODEL MATEMATIKA PADA DIAGRAM JALUR
VARIABEL ENDOGEN
Endogen
|
Kesalahan
|
|||||
Endogen
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
+
|
|
Y1
|
![]() ![]() |
+
|
![]() |
|||
Y2
|
![]() ![]() |
+
|
![]() |
|||
Y3
|
![]() ![]() |
+
|
![]() |
|||
Y4
|
![]() ![]() |
+
|
![]() |
|||
Y5
|
![]() ![]() |
+
|
![]() |
|||
Y6
|
![]() ![]() |
+
|
![]() |
|||
Y7
|
![]() ![]() |
+
|
![]() |
|||
Y8
|
![]() ![]() |
+
|
![]() |
|||
Y9
|
![]() ![]() |
+
|
![]() |
|||
Y10
|
![]() ![]() |
+
|
![]() |
|||
Y11
|
![]() ![]() |
+
|
![]() |
|||
Y12
|
![]() ![]() |
+
|
![]() |
Langkah 4. Memilih Matrik Input dan Estimasi Model
Dalam
SEM, matrik inputnya dapat berupa matrik korelasi atau matrik
varians-kovarians. Matrik korelasi di gunakanuntuk tujuan memperoleh kejelasan
tentang pola hubungan kausal anntar variabel laten. Dengan matrik ini, peneliti
dapat melihat dua hal, yaitu: 1) Jalur-jalur mana yang memiliki efek kausal
yang lebih dominan di bandingkan denga jalur-jalur yang lain, dan 2) variabel
eksogen yang mana yang efeknya lebih besar terhadap variabel endogen di
bandingkan dengan variabel yang lainnnya.
Matrik
varians-kovarians digunakan untuk pengujian model yang telah di landasi
berbagai kajian teori. Analisis yang digunakan tidak untuk melihat besar
kecilnya efek kausal pada jalur-jalur yang ada dalam model. Hasiil analisis
yang di peroleh dapat di gunakan untuk eksplanasi fennomenal yang di teliti
atau untuk keperluan prediksi.
Langkah 5. Menilai Idfentifikasi Model Struktural
Di
dalam analisis model struktural sering di jumpai adanya permasalahan yaitu pada
proses pendugaan parameter. Jika di dalam prosesnya ada un-identified maka
pendugaan parameter akan menemui banyak kendala. Ketidak mampuan model
menghasilkan identifikasi yang tepat menyebabkan proses perhitungan menjadi
terganggu.
Beberapa
gejala yang sering muncul akibat adanya ketidak tepatan identifikasi ini antara
lain yaitu:
a) Terdapat
kesalahan standar yang terlalu besar
b) Matrik
informasi yang disajikan tidak sesuai harapan
c) Matrik
yang diperoleh tidak definitive positif
d) Terdapat
kesalahan varians yang negative
e) Terdapat
korelasi yang tinggi antar koevisien hasil dugaan (>0,9).
Langkah 6. Evaluasi Kecocokan Model Berdasarkan Kriteria Goodness-of-fit
Untuk
menganalisis dengan SEM perlu di perhatikan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan
model dan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan pendugaan parameter dan pengujian
hipotesis.
Asumsi-asumsi yang berkaitan dengan model antara lain:
a) Semua
hubungan antar vaariabel berbentuk linier
b) Model
yang di kembangkan bersifat adiktif
Asumsi-asumsi yang berkaitan dengan perdugaan parameter dan pengujian
hipotesis antara lain:
a) Pengambilan
sampel secara acak
b) Data
harus lengkap, artinya tidak ada missing data
c) Tidak
ada data aneh (autliers)
d) Ukuran
sampel minimum 100
e) Penyebaran
data bersifat normal
f) Tidak
ada multi kolinieritas
Pengujian
model structural di lakukan untuk mengetahui sejauh mana model hubungan antar
variabel yang disusun secara teoritis di dukung oleh kenyataan yang ada pada
data empiris. Uji kesesuaian antara model teoritis dan data empiris dapat
dilihat pada tingkat (goodness of fiit statistic). Keputusan kesesuaian model
dapat menggunakan beberapa harga statistic seperti CHI kuadrat (X2)
p > 0.05; RMSEA (Root Mean squer Error of Approkimation) < 0.08;
GFI (Goodness Of Fit Index) > 0.9 dan yang lainnya yang akan menguji
bahwa perbedaannya tidak bermakna sehingga hipotesis nihil tidak di tolak
(signifikan). Bila demikian maka dikatakan tidak ada perbedaan antara model
teoritis dibandingkan dengan data empiri. Artinya model teoritis sesuai (fit)
dengan data empiri.
Langkah 7. Interpretasi dan Modifikasi Model
Langkah
terakhir dari SEM adalah melakukan interpretasi bilamana model yang dihasilkan
sudah cukup baik. Interpretasi dilakukan terhadap model struktural yang
menggunakan matrik kovarians dan interpretasi terhadap analisis jalur yang
menggunakan matriks korelasi. Khusus untuk interpretasi pada analisis jalur
yang dilihat antara lain : efek langsung, efek tak langsung, dan efek total.
2.7 cara membaca model pengukuran dan model
structural.
1. Model Pengukuran
Berdasarkan
model pengukuran pada gambar 10.5 maka dapat dibuat tabel ringkasan yang
menunjukkan informasi tentang validitas dan reabilitas factor/indikator yang
membentuk variabel laten orientasi pilihan bidangkeahlian seperti tampak pada
tabel 10.4 berdasarkan tabel 10.4 dapat disimpulkan bahwa faktor kemampuan
manual, kemampuan penalaran dan persepsi terhadap pendidikan lanjut memberikan
pengaruh yang bermakna terhadap orientasi pilihan bidang keahlian siswa.

TABEL:
KOEFISIEN VALIDITAS DAN RELIABILITAS INTRUMEN
ORIENTASI PILIHAN BIDANG KEAHLIAN
NO.
|
Faktor
|
Koefisian
Validitas (λ)
|
Koefisien
Reliabilitas (1- δ )
|
1.
|
Kemampuan
manual
|
0,57
|
0,83
|
2.
|
Kemampuan
Penalaran
|
0,51
|
0,75
|
3.
|
Persepsi
pada pendidikan Lanjut
|
0,46
|
0,70
|
Hasil
ini menunjukkan bahwa faktor keahlian yang berorentasi pada
kemampuan penalaran, keahlian yang berorientasi pada kemampuan manual dan
kemampuan mempersepsi pendidikan lanjut merupakan faktor-faktor yang memberikan
kontribusi pada konstruk indikator orientasi pilihan bidang keahlian siswa SMP.

2. Model
Stuktural
Gambar
10.6 adalah contoh modal struktural yang cocok (fit model) menurut kriteria
Goodness-of-fit. Berdasarkan Gambar 10.6 tersebut dapat di kemukakan beberapa
informasi yang berkaitan dengan efek langsung dan efek tak langsung. Efek
langsung mencakup hubungan antara variable bebas dan variable terikat. Efek tak
langsung mencakup hubungan antara variable eksogen dan variable terikat
(indirect effects of KSI on ETA).
1. Efek
langsung Variable Bebas terhadap Variabel Terikat
Variabel
bebasnya adalah : Kualitas Orang Tua, Kualitas Sekolah, melek Teknologi,
Kemampuan Umum, dan Pemahaman Diri. Variabel terikatnya adalah orientasi
pilihan bidag keahlian.
Berdasarkan Gambar sebelumnya dapat
ditampilkan model hubungan struktural langsung antara variable bebas dan
variable terikat seperti tampak pada Gambar dibawah ini.

Gambar model
hubungan struktural variabel bebas dan variabel terikat
Analisis
efek langsung antar variabelini dapat dilihat pada estimasi koefisien
struktural dan nilai-t dari masing-masing parameter. Secara ringkas, hasil
analisis perhitungan besarnya estimasi koefisien struktural tersebut dapat
dilihat pada tabel.
TABEL :
RINGKASAN HASIL ANALISIS EFEK
LANGSUNG
VARIABEL BEBAS TERHADAP
VARIABEL TERIKAT
No
|
Variabel
|
Parameter
|
Estimasi
|
Nilai-T
|
1
|
Kualitas orang tua dengan orientasi pilihan bidang keahlian
|
ϒ41
|
0,33
|
4,69
|
2
|
Kualitas sekolah dengan orientasi pilihan bidang keahlian
|
ϒ42
|
0,70
|
7,25
|
3
|
Kemampuan umum dengan orientasi pilihan bidang keahlian
|
Β41
|
0,20
|
4,45
|
4
|
Melek teknologi dengan orientasi pilihan bidang keahlian
|
Β42
|
-0,37
|
-4,89
|
5
|
Pemahaman diri dengan orientasi pilihan bidang keahlian
|
Β43
|
0,21
|
2,87
|
Berdasarkan Tabel 10.5 dapat
dijelaskan gambaran efek langsung variabel-varriabel bebas terhadap variabel
terikat sebagai berikut.
a. Terdapat efek langsung dan bermaknas
kualitas orang tua terhadap orientasi pilihan bidang keahlian siswa SMP dengan
harga estimasi ϒ41 = 0,33 dan nilai-t = 4,69 > 1,96
b. Terdapat efek langsung dan bermakna
kualitas sekolah terhadap orientasi pilihan bidang keahlian siswa SMP dengan
harga estimasi ϒ42 =0,70 dan nilai-t = 7,25 > 1,96
c. Terdapat efek langsung dan
bermakna kemampuan umum terhadap orientasi pilihan bidang keahlian siswa SMP
dengan harga estimasi β 41 = 0,20 dan nilai-t = 4,45
> 1,96
d. Terdapat efek langsung dan negatif
Melek Teknologi terhadap orientasi pilihan Bidang Keahlian siswa. SMP dengan
harrga estimasi β 42 = - 0,37 dan nilai –t =
-4,89>1,96
e. Terdapat efek langsung dan
bermakna pemahaman diri terhadap orientasi pilihan bidang keahlian siswa SMP
dengan harga estimasi β 43 = 0,21 dan nilai-t = 2,87
> 1,96
2. Efek Tak
LangsungVariabel Eksogen terhadap Variabel Terikat (Indirect Effecs of KSI on
ETA)
Variabel
eksogen meliputi kualitas orang tua dan kualitas sekolah, sedangkan orientasi
pilihan bidang keahlian sebagai variabel terikat. Berdasarkan gambar 10.6 dapat
ditampilkan model structural efek tak langsung variabel eksogen terhadap
variabel terikat tersebut seperti pada gambar 10.8a dan gambar 10.8b.


Analisis
efek tak langsung antar variabel ini dapat di lihat pada estimasi koefisien
struktural dan nilai-T dari masing-masing parameter. Secara ringkas, hasil
analisis perhitungan besarnya estimasi koefisien structural tersebut dapat di
lihat pada tabel diatas.
a. Terdapat efek tak langsung dan
bermakna kualitas orang tua terhadap orientasi pilihan bidang keahlian siswa
SMP melalui variabel kemampuan umum, Melek teknologi, dan pemahaman diri yaitu
dengan harga estimasi 0,05 dan nilai-T 3,57>1,96.
b. Terdapat efek tak langsung dan
bermakna kualitas sekolah terdapat orientasi pilihan bidang keahlian siswa SMP
melalui variabel kemampuan umum dan pemahaman diri dengan harga estimasi 0,17
dan nilai-T 2,56>1,96.
Untuk
menentukan model structural cocok (fit) atau tidak dapat menggunakan kriteria
berikut seperti pada tabel 10.7.
Tabel :
GOODNESS OF FIT STATISTICS
No.
|
Statistik
|
Kriteria “fit”
|
1.
|
X2
|
p>0,05
|
2.
|
Noncentrality parameter (NCP)
|
<<<
|
3.
|
Root mean square error of approximation (RMSEA)
|
<0,08
|
4.
|
Exspected cross-validation index (ECVI)
|
ECVI< ECVI sat. & indep. Model
|
5.
|
Akaike information criteria (AIC)
|
AIC<AIC sat. & indep. Model
|
6.
|
Goodness-of-fit-index (GFI)
|
>0,9
|
7.
|
Adjusted goodness-of-fit-index (AGFI)
|
>0,9
|
8.
|
Parsimanious goodness-of-fit-index (PGFI)
|
>0,9
|
9.
|
Normed fit index (NFI)
|
>0,9
|
10.
|
Parsimanious Normed fit index (PNFI)
|
>0,9
|
11.
|
Comperative fit index (CFI)
|
>0,9
|
12.
|
Non-normed fit index (NNFI)
|
>0,9
|
13.
|
Incremental fit index (IFI)
|
>0,9
|
14.
|
Relative fit index (RFI)
|
>0,9
|
15.
|
Standardized root mean square residual (SRMR)
|
<0,05
|
16.
|
Critical N (CN)
|
<N
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat
diambil dari makalah ini adalah :
1. Structural Equation Modellingatau
yang lebih dikenal dengan singkatannya yaitu SEM adalah suatu teknik statistic
yang mampu menganalisis pola hubungan antara konstrak laten dan indikatornya,
konstrak laten yang satu dengan lainnya, serta kesalahan pengukuran secara
langsung.
2. symbol-simbol yang digunakan dalam
SEM:
· ξ (ksi) = untuk
variable laten X (eksogen)
· η (eta) = untuk
variable laten Y (endogen)
· λ (lambda)
=untuk muatan faktor (faktor loading)
· β (beta) =
koefisien pengaruh variable endogen terhadap variable endogen.
· γ (gamma) =
koefisien pengaruh variable eksogen terhadap variable endogen.
· φ (phi) =
koefisien hubungan antar variable laten X eksogen.
· ζ (zeta) =
peluang galat model
· ε (epsilon) =
kesalahan pengukuran pada variable manifest untuk variable laten Y
· δ (delta) =
kesalahan pengukuran pada variable manifest untuk variable laten X
· λx (lambda besar) =
matriks untuk muatan faktor variable laten X
· λy (lambda besar) =
matriks untuk muatan faktor variable laten Y
3. Persamaan SEM dan Analisis Jalur
· Keduanya berkaitan
dengan analisis konstruksi model.
· Koefisien parameter
model didasarkan atas analisis data sampel.
· Pengujian kecocokan
model dilakukan dengan cara membandingkan matriks varian-kovarian hasil dugaan
dengan matriks data empiric (observasi)
4. Perbedaan SEM dan Analisis Jalur
· Pada SEM dapat
dilakukan dua analisis sekaligus yaitu: analisis pengujian hubungan kausal
antar variable laten (model structural) dan analisis pengujian validitas dan
reliabilitas yang didasarkan atas variable manifest (model pengukuran).
· SEM dapat diterapkan
untuk model rekursif ataupun resiprokal, sedangkan analisis jalur hanya dapat
diterapkan pada model kausal satu arah dan rekursif.
· SEM tidak terganggu
dengan adanya korelasi antar kesalahan (error), sedangkan pada analisis jalur,
antara error harus bebas (tidak saling tergantung).
· Hasil SEM mencangkup
faktor diterminan, model structural, dan model penggukuran. Analisis jalur
hanya mencakup faktor diterminan.
5. Hair, dkk. (1998:592-639)
mendeskripsikan langkah-langkah dalam SEM seperti berikut ini : (1)
pengembangan model berbasis teori, (2) mengkonstruksi diagram jalur untuk
hubungan kausal, (3) mengkonversi diagram jalur ke dalam model struktural dan
model pengukuran, (4) memilih matriks input dan estimasi model, (5) menilai
identifikasi model struktural, (6) evaluasi kecocokan model berdasarkan
kriteria goodness-of-fit dan (7) interpretasi dan modifikasi model.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar